WHY DOES THE DISAPPOINTED FEELING ALWAYS GET ME FRUSTRATED?




dis·ap·point·ed
/ˌdisəˈpoin(t)əd/
adjective
  1. (of a person) sad or displeased because someone or something has failed to fulfill one's hopes or expectations.




--------------------------------------------------Kekecewaan----------------------------------------------

Selama masih menjadi manusia pastilah kita semua sering merasakan perasaan ini. Berdasarkan definisinya, kekecewaan bermakna kesedihan atau keadaan tidak menyenangkan karena suatu kegagalan atau orang yang ga memuaskan ekspektasi atau harapan kita. 

Perasaan ini emang ga mengenakkkan hati, pikiran, dan jiwa. Sepanjang hidup gue selama 21 tahun, kekecewaan gue bisa datang dari beragam alasan dan sumber. Entah itu dari sekolah, nilai, orangtua, teman, bahkan diri gue sendiri. Kenapa bisa muncul kekecewaan? Simply, karena ada harapan atau ekspektasi. 

Baru-baru ini gue kembali merasakan kekecewaan itu sendiri, datangnya dari orang terdekat gue juga yakni orangtua. Alasannya? Karena beliau sendiri yang memberikan semacam harapan disaat gue tidak membutuhkan adanya harapan itu. Akhirnya, karena diberi pernyataan itu, gue berasumsi "oh oke, kayanya ini pasti terjadi deh". Ternyata, baru sekitar 3 hari lalu gue diberi tahu bahwa beliau ga bisa melakukan hal yang bahkan keluar dari pernyataannya sendiri. 

Lagi, kekecewaan itu muncul. Gue gabisa bilang bahwa gue baik-baik aja dengan kejadian itu. Memang di waktu yang serba ga pasti ini, apa aja bisa terjadi ya. Salah memang kalau gue terlalu mengaharapkan segalanya menjadi pasti, padahal kita sendiri hidup di dunia yang engga pasti sama sekali. Namun, efek dari rasa kecewa itu bahkan berdampak ke semangat berkreasi dan produktivitas gue. Rasanya jadi kaya... apa ya? Semacam feeling unmood deh. Jadinya ga semangat ngapa-ngapain. Sedih, tapi bukan sesuatu yang bisa ditangisi cuma ga bisa dianggap baik-baik aja. 

Terus apakah setiap rasa kecewa itu muncul, gue harus selalu men-dampak-kan-nya ke produktivitas? Inilah pertanyaan yang menjadi dasar untuk gue menuliskan hal ini. Menulis merupakan salah satu cara untuk gue bisa selalu tetap insane dan keep on track meskipun perasaan sedang ga senang atau lagi ngerasa kosong. 

Now, how I deal with disappointed feeling? Okei, balik lagi ke dasar ya, kekecewaan kan muncul karena adanya harapan atau ekspektasi. Nah sekarang gue lebih bijaksana dalam berharap atau berekspektasi terhadap sesuatu ataupun orang lain. Maksudnya? Selalu terbiasa untuk berpikir bahwa ya semua yang terjadi dalam diri gue adalah tanggung jawab gue. Istilah mudahnya, ya selalu mengandalkan diri sendiri. Bukan bermaksud bahwa kita harus individualis terus ga berdoa sama Tuhan, dan ga boleh minta bantuan orang lain ya, tapi lebih menitikberatkan bahwa kebahagiaan dan pencapaian gue ya tanggungjawab gue pribadi.

Artinya, kalau gue mau ini, atau mau mencapai target tertentu, sebisa mungkin gue memaksimalkan potensi diri gue. Entah dengan cara menambah pengetahuan dan kemampuan, cari-cari ilmu dari berbagai online platform, bahkan mencari tahu sosok figur-figur yang sukses dan berhasil di bidangnya masing-masing untuk dipelajarin dan ditelisik perjuangannya. 

Ada kalanya juga kita itu harus punya worst scenario ya. Maksudnya? Gini, memang bagus untuk optimis dan percaya dengan keberhasian, tapi perasaan akan ketidakberhasilan ga boleh disingkirkan dalam hidup. Kenapa menurut gue itu penting? Jadinya, kita bisa lebih plan segala sesuatu dengan matang, ada cadangan rencana. Begitupun kepercayaan atau ekspektasi terhadap seseorang. Oke, let say, kita percaya bahwa dia bisa melakukan tugas dan fungsinya, tapi kita juga harus punya pemikiran "kalau sampe dia ga bisa memenuhi target/deadline, gue harus gimana ya? Gue gamau semuanya berantakan hanya gara-gara satu orang ini". Nah jadinya, gue selalu mengusahakan gue punya kemampuan yang mumpuni terhadap berbagai bidang supaya gue bisa back-up fungsinya dia kalau-kalau sampai dia ga bisa diandalkan. 

Memang capek ya, kalau dibilang harus belajar kemampuan-kemampuan baru setiap waktunya. Tapi, memang hidup adalah wadah belajar yang sesungguhnya. Setiap perasaan emosional itu ada untuk menjadi antisipasi kita dalam berperilaku. Contoh emosi yang dekat dengan kekecewaan ialah sedih. Nah, gue udah tahu nih rasanya sedih yang terlalu berlebihan kaya apa, makanya gue sekaranng belajar dari hal itu dan cari upaya, apa dan gimana ya tindakan yang bisa meminimalisir kesedihan? Ya, gitulah you get what I point to. 

Terkadang pelajaran-pelajaran kaya gini itu, susah didapatin di pendidikan formal maupun non-formal. Ada pelajaran yang memang harus didapat dari pengalaman diri sendiri maupun oranglain. Makanya, tokoh-tokoh berpengaruh selalu bilang, experiences are priceless. Bahkan ga sedikit orang mau meluangkan waktu, tenaga, dan uang untuk bisa mengalami sesuatu hal. Dan banyak juga orang menggantungkan hidup dengan menjual pengalaman-pengalaman mereka yang belum tentu dimiliki oleh setiap individu.

Semoga, tulisan dan pemikiran gue bisa bermanfaat ya kalau ada yang baca. God Bless You as always.

Love,

Writer.

Comments