GOODBYE THINGS : THE POWER OF DECLUTTERING





Agustus lalu, gue jalan-jalan ke Gramedia Book Store kawasan Margonda, Depok. Tokonya sendiri lumayan besar, besar banget malah. Ada dua lantai, lantai pertama diperuntukkan untuk barang-barang penunjang olahraga seperti sepeda, aneka jenis bola, raket, sepeda listrik, dan lain-lain. Sedangkan area kedua difokuskan untuk berbagai macam buku, surganya para penikmat buku. Tercium oleh hidung aroma-aroma buku-buku baru yang sarat akan wangi kayu hutan yang lembab. 

Berniat membeli buku mengenai minimalisme, namun tidak menemukannya di bagian depan toko. Gue menyisir satu persatu area rak-rak yang tertata rapi itu. Mulai dari koleksi new arrival, self-development, novel, komik, buku test pelajaran, buku rohani, buku menggambar, bahkan sampai koleksi buku rohani. Cuma belum ketemu sama buku-buku bertajuk minimalis. 

Satu setengah jam berkeliling, gue total mengantongi 5 buku dan belum nemu satupun buku minimalis. Ada satu sisi toko yang belum gue jelajahi, letaknya di bagian paling belakang menghadap  jendela kaca yang besar. Bagian yang membelakangi kaca, diposisikan rak dengan posisi buku tertidur. Lumayan menarik, gue pun memandangi dengan seksama sembari menyortir buku-buku yang udah gue pegang. Setelah disortir ternyata sisa 2 buku sementara yang tiganya ditaro kembali ke rak. 

Tapi, yang menarik adalah di samping rak tidur tadi, ada 2-3 rak untuk buku yang diposisikan berdiri dan belum gue telusuri juga. Usut punya usut, akhirnya setelah 2 jam di dalam toko, gue pun menemukan buku bertema minimalis. Sampulnya berwarna putih gading, dengan judul epik yang eye-catching "Goodbye, things!" Karena penasaran, gue bacalah sinopsisnya. Di bagian buk ini ga tersedia samplenya yang biasanya udah ga dibungkus plastik, so kita bisa baca-baca isinya. 

"Ia hanya pria biasa yang mudah tertekan di tempat kerja, tidak percaya diri, dan terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain---sampai suatu hari memutuskan untuk mengubah hidup dengan mengurangi barang yang dimiliki." Tertulis di bagian sinopsis sebagai paragraf awal, membuat kalimat ini menjadi alasan terbesar gue beli bukunya. 

Goodbye things, hidup minimalis ala orang jepang karya Fumio Sasaki. Kehidupan minimalis beliau dimulai ketika ia merasa penuh dan sesak dengan barang-barang yang begitu banyak di apartemen. Barang yang banyak tersebut membuat ruang geraknya menjadi terbatas, tidak tertata dengan rapi, dan malah membuat stress karena memikirkan hal itu!

...Lalu apa yang dilakukannya? Dibuang, dijual, disewakan? Simak di versi keduanya ya!

Comments