THE ADVANTAGE OF MINDFUL EATING

        

        Dalam salah satu unggahan di akun instagram gue (@perjalananminimalis), gue pernah menuliskan bahwa minimalisme bisa diterapkan dalam perilaku konsumsi kita. Lebih sering disebut sebagai 'mindful eating' atau dalam bahasa sehari-harinya bisa dibilang 'makan dengan berkesadaran'. Istilah makan dengan berkesadaran muncul karena di zaman manusia modern sekarang, peran makanan banyak berubah dari yang tadinya sebagai penunjang hidup menjadi alat pemuas nafsu atau istilah ilmiahnya 'satiety eating'. 

        Nah disini gue tidak akan membahas ulang apa maknanya mindful eating. Silahkan baca di instagram gue. Sekarang waktunya gue membahas dampak atau efek dari makan dengan berkesadaran itu sendiri. Ada salah satu pernyataan penulis yang gue baca di salah satu buku mengenai minimalisme, yakni biasanya orang-orang dengan gaya hidup minimalis memiliki tubuh yang ramping. Ia menyatakan jarang menemui pelaku hidup minimalis dengan bobot tubuh berlebihan. Kenapa? Asumsinya ialah karena pelaku hidup minimalis telah diajarkan untuk mengonsumsi segala sesuatu dengan sewajarnya, sepantasnya, dan sebutuhnya. 

        Bayangkan, perbandingan antara perilaku makan yang semaunya aja yang penting kenyang dan puas dengan perilaku konsumsi yang sadar akan apa yang dikonsumsinya. Dari segi perhitungan energi atau kalori yang masuk, pasti lebih banyak kalori yang diasup oleh orang yang tidak berkesadaran dalam konsumsinya. Efek jangka panjangnya ialah penumpukan lemak di bagian-bagian tubuh seperti pencernaan, arteri, perlemakan jantung yang kita semua tentunya ga mau hal itu terjadi. 

        Kalau kalian menganggap hal itu sebagai sesuatu yang berlebihan, well gue adalah saksi mata bagaimana pola makan menyebabkan orang-orang mengalami sakit-penyakit yang sangat parah di masa tuanya. Menjadi mahasiswa magang di rumah sakit memberikan oppurtunity kepada gue untuk melihat bagaimana pasien dengan berbagai penyakit komplikasi seperti diabetes, obesitas,hiperkolesterolemia, perlemakan jantung, bahkan sampai gagal ginjal kronik yang mengharuskan mereka untuk 'cuci darah'.

        Ketika ditanya mengenai gaya hidup dan pola makannya, yang membuat gue kaget dan heran ialah mereka memiliki pola makan yang sangat-sangat jauh dari anjuran kesehatan atau pedoman gizi seimbang. Mulai dari sering minum minuman kemasan atau botolan dibanding air putih, makan yang manis-manis sampai timbul adiksi dan bahkan gatau batas maksimal konsumsi gule berapa per harinya untuk orang seusia mereka, olahan pangan deep fried, mie goreng yang minyaknya gatau udah berapa kali pakai, gorengan, ga suka makan buah dan sayur dengan alasan pahit, ga biasa makan dari kecil, atau bahkan sampai harganya yang terbilang mahal dibandingkan gorengan.



Kaya gini contohnya

         Mungkin, lo yang membaca udah bosan dengar kata-kata bahwa kita selalu dianjurkan untuk makan makanan sehat bukan proses atau olahan. Sebenarnya kalian juga udah tau pasti efek buruk makan sembarangan dan semaunya. I know right, those foods are delicious, good appearance, satiety enough with a good deal (valuable price) but, don't you think they're very dangerous? Mungkin juga, lo belum pernah melihat gimana orang-orang yang punya penyakit gagal ginjal berjuang bertahan hidup di ruangan cuci darah dengan mesin-mesin penopang hidup? Mungkin juga keluarga atau orang-orang terdekat lo atau lo sendiri belum pernah mengalami hal kaya gitu?

            Well, kalau itu benar, syukurlah lo masih diberi kesehatan. Tapi keberkahan atau berkat apabila tidak dijaga atau well-maintenance tidak mungkin akan bertahan lama. Nah disinilah, keuntungan belajar hidup minimalis. Kita diajarkan untuk berkonsumsi dengan sadar bahwa pangan yang diasup memang benar bermanfaat untuk tubuh, sadar porsi yang pas ga lebih ga kurang, tahu dan paham maknanya makanan yang useful sama yang cuma bikin kepuasan sementara aja. Ketika punya pikiran kaya gini, maka jangka panjangnya dengan sendirinya tanpa embel-embel diet penurunan berat badan bonusnya ialah tubuh ideal. Kenapa? Pada prinsipnya ada terjadi kesetimbangan kalori in and out. Yang masuk ga berlebih, yang keluar juga sesuai dengan yang seharusnya.

            Kenapa yang keluar juga dengan seharusnya? Salah satu ajaran hidup minimalis yakni kita diajak untuk selalu bergerak. Gerak bersihkan rumah, aktivitas fisik, latihan fisik, atau sekedar melangkah ke warung, bergerak untuk masak dan lainnya. Akhirnya apa? Ga ada tuh penumpukan kalori dalam tubuh atau paling engga meminimalisir tumpukan kalori-kalori dari makanan kita sebelumnya.

            Aktif bergerak dan jaga pola makan yang berkesadaran merupakan prinsip dasar dan utama dari diet penurunan berat badan. Kalau lo udah mulai menerapkan pola ini, otomatis tubuh dan alam bawah sadar lo juga bakal ngikutin apa yang lo pikirkan. Sekuat itu kekuatan pikiran ya. Banyak orang pengen nurunin berat badan, tapi akhirnya malah tersiksa kenapa? Karena simply, dia belum siap dengan pola makan berkesadaran dan hidup terus bergerak tadi. 

        Gimana? Semoga makin membuka wawasan dan kesadaran kita yah. Bagikan kalau bermanfaat, semoga selalu diberkati di tengah keadaan yang tidak pasti ini. 

Salam hangat, 

Penulis

Comments