The Perk and Peak of Writing Bachelor Thesis in Covid-19 Era






Hai kenalin, gue Vivi. Di tahun yang penuh kejutan ini, gue menjadi salah satu lulusan sarjana yang lulus di tengah kondisi penuh ketidaknyamanan alias pandemi Covid-19. Gue lulus sebagai sarjana gizi dengan nilai yang sangat memuaskan buat gue setidaknya, dapat A. Thank God, Thank Jesus. 

Oke disini gue bukan mau bahas mengenai tata cara pencegahan virus atau apapun itu, bukan mau kontroversi masalah kebijakan, obat, vaksin, yeah you name it. Gue mau cerita tentang perjuangan dan proses panjang yang menyedihkan, menyakitkan, sekaligus menyenangkan dibalik pencapaian terbesar gue selama ini. 

Sekitar Januari awal, berita mengenai virus-virus ini udah ada di media apalagi televisi maupun portal berita online. Tidak terlalu peduli, atau lebih ke ga mau tau sih sebenarnya ke berita ini. Mungkin, emang gue orangnya gasuka cara-cara media memberitakan kabar yang selalu hampir semuanya berita negatif terus mulai dari kecelakaan, pembunuhan, korupsi, politik yg ga ada habisnya. Jadi udah malas duluan dengar2 hal begituan, dan waktu itu gue dengar belum ada potensi penyebaran ke Indonesia dan gue jauh dari China. Gue di kosan, di salah satu tempat di ibukota. 

Entah kenapa, semua berlalu, thing happened, and voillla. Indonesia jadi salah satu negara yg kena dampak dari pandemi global. waktu itu gue ingat banget, gue ujian proposal tanggal  Maret 2020, masih dilakukan secara langsung dengan satu penguji didampingi pembimbing gue. Gue masih ingat euforia pasca ujian foto-foto bareng sama teman-teman seangkatan, bareng teman sesama ujian di hari itu, ngasih cemilan/snack yang ditulis notes2 lucu, bahkan pelukan dan teriakan dari sahabat-sahabat gue. whaaaa bahagianya, sampai senyum-senyum sendiri pas nulis ini. Waktu ujian di ruangan, penguji gue cuma tambahin saran2 doang, dan pertanyaannya masih bisa gue handle, tp waktu itu gue gatau nilai gue berapa. tapi gue lulus ujian proposal, dan diperbolehkan lanjut ke tahap berikutnya. 

Seminggu gue revisi, dan gue ingat banget tanggal 16 Maret pas teman gue ujian, ternyata hari itu merupakan hari terakhir kami boleh menginjakkan kaki di kampus. Karena besoknya bahkan sampai hari ini, semuanya online learning. Gue bingung, panik, tapi juga ada perasaan lega pas dikasih tau untuk online learning. Bingung karena emang sampai separah itu ya sebuah virus bisa menyebabkan orang-orang gabisa keluar rumah, panik karena gue gatau apakah gue masih bisa lulus di semester ini atau engga. Lega, kenapa lega? Karena gue jadi punya waktu istirahat setelah berminguu-minggu kerjaan cuma nulis, revisi, dan bimbingan ke dosen. Muak udah pasti. Ibaratnya, tubuh dan jiwa raga udah najis buka laptop dan lihat layar lagi layar lagi 😤 wkwkwkwk...

#Lanjut Part 2 (kepanjangan)

Comments